Menanggapi pernyataan AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan bahwa "Beberapa pejabat di AS ingin melempar kesalahan,"
![]() |
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying. (FOTO: IST) |
Sebelumnya, pejabat intelijen AS, memberitakan bahwa laporan kasus Covid-19 di Negeri "Panda" sengaja tidak dilengkapi. Bahkan, berdasarkan penuturan dari sejumlah pejabat telik sandi anonim, data yang dipaparkan oleh Negeri "Panda" itu palsu, sebagaimana diberitakan Bloomberg.
Berdasar itu, sejumlah politisi AS baik dari House of Representatives maupun Senat menyatakan bahwa China tidak bisa dipercaya dalam upaya memerangi virus corona.
Dalam konferensi persnya, Presiden Donald Trump juga meragukan data yang dipaparkan Beijing sejak wabah tersebut merebak luas pada akhir Desember 2019.
"Bagaimana kita tahu jika (laporan) itu akurat? Angka mereka kelihatan tidak jelas di satu sisi," ujar presiden berusia 73 tahun itu.
Menanggapi pernyataan tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan bahwa "Beberapa pejabat di AS ingin melempar kesalahan," sebagaimana dikutip dari New York Post Kamis (2/4/2020).
Hua menuturkan bahwa dirinya tak ingin beradu argumen, namun karena terus disudutkan dia pun merasa bertanggung jawab untuk mengklarifikasi.
Selain mengklarifikasi, Hua membalik pertanyaan terkait respons Washington yang baru akhir-akhir ini. Padahal menurutnya, mereka sudah melarang penerbangan dari China sejak 2 Februari.
"Bisakah kalian mengatakan kepada saya apa saja yang AS sudah lakukan dalam dua bulan terakhir?" tegas Hua Chunying dalam keterangan pers.
Merujuk kepada data yang dirilis Worldometers, China melaporkan 81.589 kasus penularan korona, dengan 3.318 orang meninggal dunia. Sementara AS, saat ini adalah negara dengan tingkat infeksi tertinggi, di mana Washington mengonfirmasi 217.594 penularan dan 5.152 kematian.
Meski begitu, Komisi Kesehatan Nasional China mengakui mereka tidak menyertakan pasien positif yang tidak menunjukkan gejala dan baru mulai melakukannya. Karena itu, Beijing mulai memperbarui datanya dengan memasukkan 1.367 kasus tanpa gejala pada Rabu (1/4/2020), demikian pemberitaan Fortune.
Wakil Presiden Mike Pence selaku pimpinan gugus tugas penanganan wabah menyatakan mereka akan lebih bersiap seandainya Beijing "lebih terbuka".
"Apa yang tampak jelas adalah kemungkinan China sudah berkutat dengan wabah ini jauh sebelum dunia mengetahuinya pada Desember lalu," kata Pence dikutip CNN. (Admin)
COMMENTS